Sejarah Puskesmas
Konsep puskesmas pertama kali
dirumuskan oleh suatu tim yang diketuai oleh Lord Dawson dari Inggris. Pada
tahun 1920 konsep tersebut menyebar ke Eropa dan Amerika. Di Indonesia pada
tahun 1942 dirintis pembentukan puskesmas oleh Rockefeller Foundation di
bawah pimpinan dr. Y. J. Hendrich. Ia memulai programnya dengan melakukan
kampanye tentang cacing tambang, serta penyuluhan kesehatan kepada masyarakat
desa. Pada tahun 1925, Dinas Kesehatan Rakyat (DKR) melaksanakan usaha
pendidikan kesehatan melalui kunjungan rumah. Pada tahun 1951, oleh prof. Dr.
Sulianti Saroso telah merintis pembentukan NKIA untuk ibu hamil, bayi dan anak,
balai pengobatan, usaha hygene, sanitasi lingkungan, pemberantasan penyakit
menular dan lain-lain serta berfungsi menggantikan fungsi puskesmas di satu
kecamatan. Fungsi balai pelayanan tersebut berjalan dengan sendiri-sendiri
sehingga tidak mengetahui kegiatan satu dengan yang lainnya dan pelaporan
dilakukan juga oleh masing-masing balai pelayanan kesehatan di Dinas Kesehatan
Rakyat (Aditama, 2002).
Pada tahun 1951 di kota Bandung di
prakarsai oleh dr. J. Laimena merintis terbentuknya puskesmas dengan nama awal
Pusat Kesehatan (Health Centre)
dimana usaha-usaha pelayanan kesehatan kepada rakyat yang mengintegrasikan
kegiatan pada preventive (pencegahan)
dan curative (pengobatan). Namanya
kemudian berubah menjadi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dengan meliputi
prinsip dasar dari Public Health yaitu “Basic
Health Servise”. Rencana ini dikenal dengan Bandung Plan dan dicantumkan laporan dalam WHO. WHO kemudian
mengadakan rapat di Jenewa pada tahun 1953. Dalam rencana tersebut rakyat di
ikut sertakan untuk lebih pesat dalam usaha-usaha bidang preventive (pencegahan) (Noer Bachry Noor, 2001).
Sebagai salah satu ujung
tombak pelayanan kesehatan yang dipandang paling dekat dengan masyarakat,
revitalisasi puskesmas bisa dijalankan dengan misalnya penambahan fasilitas
fisik, jaringan sistem komputer, serta tenaga kesehatan, terutama dokter
spesialis. Puskesmas juga memerlukan pengembangan pelayanan rawat inap hingga
perbaikan manajemen pelayanan. Dengan kata lain, puskesmas-puskesmas harus terus
didesain untuk mengejar ketertinggalan dengan institusi layanan kesehatan lain
seperti rumah sakit yang lebih dahulu dan tertata lebih baik (Oryz, 2007).
2. Defenisi
Puskesmas
Puskesmas dapat didefenisikan sebagai
suatu kesatuan organisasi kesehatan yang langsung memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh dan terintegrasi pada masyarakat di wilayah kerja
tertentu dalam usaha-usaha kegiatan pokok puskesmas (Depkes RI,1995).
Definisi puskesmas yang dikeluarkan
oleh Departemen Kesehatan RI (1995) hampir sejalan dengan definisi dari R.
Widodo Talago (1967), dimana puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan pokok secara menyeluruh dan terintegrasi pada
masyarakat, sebagai usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3.
Fungsi Puskesmas
Untuk mewujudkan peranan puskesmas
maka fungsi puskesmas dijabarkan sebagai berikut :
a. Sebagai pusat pengembangan masyarakat
kesehatan diwilayah kerjanya.
b. Membina peran serta masyarakat di wilayah
kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat.
c Memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya (Noer Bachry Noor,
2001).
4. Tujuan
Puskesmas
Tujuan puskesmas adalah mengembangkan
dan mendekatkan secara merata pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh
kepada masyarakat di wilayah kerja puskesmas (Depkes RI, 1995).