Manusia membangun kehidupan keluarganya sebagai bagian atau unit
yang terkecil dari masyarakatnya. Dalam kehidupan sehari-hari keluarga
mempunyai ikatan yang tidak dapat dipisahkan dengan alam lingkungannya dan
masyarakat sekitarnya untuk memenuhi keperluan
hidupnya. Ada berbagai norma, pola tingkah laku dan sistem nilai yang berlaku
sebagai pengatur hubungan dalam sebuah keluarga, sehingga tercipta suasana
kekeluargaan yang harmonis, penuh kesadaran, tanggung jawab, dan kesetiaan
untuk berkorban serta penuh kasih sayang satu sama, lainnya (Soetjiningsih,
2007).
Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi untuk
mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta, dan kasih sayang antara
anggota keluarga, antar kerabat, serta antar generasi yang merupakan dasar
keluarga yang harmonis. Karena sebagai unit yang terkecil dari masyarakat, maka
kedudukan keluarga menjadi inti yang paling
penting dari suatu masyarakat Dengan demikian maka kehidupan suatu masyarakat
merupakan pantulan dari kehidupan sejumlah keluarga yang terikat didalamnya.
Hubungan kasih sayang dalam keluarga merupakan
suatu keperluan bersama diantara para anggotanya sebagai jembatan
komunikasi menuju rumah tangga yang bahagia. Dalam kehidupan yang diwarnai oleh
kasih sayang, maka semua pihak dituntut agar memiliki tanggung jawab,
pengorbanan, saling tolong-menolong, kejujuran, saling mempercayai, saling
membina pengertian dan keterbukaan, sehingga dapat tercipta suasana yang rukun
dan damai dalam rumah tangga. Suasana yang seperti ini merupakan media yang diperlukan tumbuh kembang anak, disamping
itu, bapak/ibu dapat berkarya dengan tenang, sehingga dapat berprestasi
seperti yang diharapkan. Karena cinta kasih merupakan bagian hidup dalam diri manusia dalam membangkitkan daya kreativitas
manusia baik dalam mencipta maupun menikmati hasil budaya
(Soetjianingsih, 2007).
Sejak
manusia dilahirkan bahkan semasa masih didalam kandungan pun, anak sudah bisa merasakan kasih sayang yang diberikan oleh
orang tuanya. Bentuk kasih sayang dari orang tuanya seringkali
dinyatakan dalam bisikan kasih sayang, ciuman, sentuhan lengan yang penuh kasih
sayang, maupun dengan menyanyikan lagu-lagu melalui cerita atau dongeng sebelum tidur. Sikap seorang ibu dalam
mengasuh anaknya merupakan suatu pancaran kasih sayang. Seorang ibu akan
merasa sangat berbahagia jika ia dapat menyusui
anaknya sendiri. Rasa kasih sayang melalui hangatnya pelukan si ibu pada saat
menyusui akan dirasakan oleh bayinya dan menimbulkan rasa aman. Disamping itu
ASI (Air Susu Ibu) juga sangat bermanfaat untuk bayi, sehingga tumbuh kembang
bayi yang minum ASI tersebut lebih optimal.
Sebaliknya seorang ibu yang tidak dapat menyusui anaknya karena berbagai
sebab, akan merasa seperti kehilangan tempat untuk mencurahkan kasih sayangnya (Soetjianingsih, 2007).
Sikap
ibu dan ayah terhadap anak memenuhi kebutuhan anak itu sendiri. Bayi memerlukan
cinta ibu tanpa syarat, yang tidak mengharapkan imbalan atas ketidakberdayaan anaknya. Bayi memerlukan pengasuhan baik
secara lahiriah juga secara kejiwaan. Sedangkan ayah mempunyai sedikit
hubungan dengan anak pada tahun-tahun pertama hidupnya, dan pentingnya ayah
bagi anak pada masa awal ini tidak dapat dibandingkan dengan pentingnya ibu.
Hal ini berhubungan dengan peran ibu sebagai orang yang mengandung, melahirkan
dan menyusui anaknya. Bagian hidupnya merupakan keinginan bahwa anak-anaknya
yang dulunya tergantung kepadanya akhirnya memisahkan diri darinya. Cinta ayah dibimbing oleh prinsip-prinsip dan
harapan-harapan: cinta itu bersifat
sabar dan toleran, tidak mengancam dan otoriter. Cinta ayah itu memberi anak
yang sedang tumbuh itu suatu peningkatan rasa kompetensinya dan akhirnya
menginginkan dia mendapatkan kewibawaannya sendiri dan melepaskan kewibawaan si
ayah (Soetjianingsih,
2007).