Motivasi bermula dari kata Movere (bahasa latin) yang sama dengan to move (bahasa Inggris) yang berarti mendorong atau menggerakan. Dengan
demikian motivasi merupakan semua kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang
memberi daya, memberi arah dan memelihara tingkah laku.
Menurut Hasibuan (2003
: 142) motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan
seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan
segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Jadi motivasi mempersoalkan
bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif,
berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pentingnya
motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung
perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.
Motivasi pada seorang karyawan untuk bekerja biasanya
merupakan hal yang rumit, karena motivasi itu melibatkan faktor-faktor
individual dan faktor-faktor organisasional. Faktor-faktor yang bersifat
individual diantaranya adalah : kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals), sikap (attitude), dan kemampuan-kemampuan (abilities), sedangkan faktor-faktor organisasional antara lain :
pembayaran atau gaji (pay), keamanan
pekerjaan (job security), sesama karyawan
(coworkers), pengawasan (supervision), pujian (praise), dan pekerjaan itu sendiri (job itself) (Gomes, 2001).
Herzberg sebagaimana diuraikan dalam Davis &
Newstrom, (1995), Parrek, (1996), Munandar, (2001), dan Hasibuan, (2003),
membagi motivasi kerja kedalam 2 (dua) faktor, yang diberi nama Teori Dua
Faktor (Herzberg, Two Factors Motivation
Theory), yaitu :
1. Faktor yang berkaitan dengan
isi pekerjaan, yang merupakan faktor intrinsik dari pekerjaan tersebut, antara
lain : a) tanggung jawab (responsibility),
besar kecilnya tanggung jawab yang dirasakan dan diberikan kepada seorang
karyawan; b) kemajuan (advancement),
besar kecilnya kemungkinan karyawan dapat maju dalam pekerjaannya; c) pekerjaan
itu sendiri (the work itself), besar
kecilnya tantangan yang dirasakan oleh karyawan dari pekerjaannya; d)
pencapaian (achievement), besar
kecilnya kemungkinan karyawan mencapai prestasi kerja, mencapai kinerja yang
tinggi; e) pengakuan (recognition),
besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada karyawan atas kinerja yang
dicapai. Jika faktor-faktor tersebut tidak (dirasakan) ada, maka karyawan
menurut Herzberg, merasa not satisfied (tidak lagi puas), yang berbeda dari
dissatisfied (tidak puas).
2. Faktor Pemeliharaan (Higiene) merupakan kelompok faktor lain
yang menimbulkan ketidakpuasan, berkaitan dengan konteks pekerjaan, berupa faktor-faktor
ekstrinsik dari pekerjaan, yaitu : a) kebijakan dan administrasi perusahaan (company policy and administration,
derajat kesesuaian yang dirasakan karyawan dari semua kebijakan dan peraturan
yang berlaku dalam organisasi; b) kondisi kerja (working condition), derajat kesesuaian kondisi kerja dengan proses pelaksanaan tugas pekerjaannya;
c) Gaji dan upah (wages or salaries),
derajat kewajaran dari gaji yang diterima sebagai imbalan kinerjanya; d)
hubungan antar pribadi (interpersonal
relation), derajat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi dengan
karyawan yang lain; e) kualitas supervisi (quality
supervisor), derajat kewajaran penyeliaan yang dirasakan dan diterima oleh
karyawan.
Faktor intrinsik
dan faktor pemeliharaan menurut Herzberg harus dapat terwujud secara
bersama-sama dan saling mendukung. Faktor intrinsik merupakan faktor motivasi
yang ditujukan pada perwujudan kepuasan kerja sedangkan faktor pemeliharaan
(higiene) akan mempengaruhi timbulnya ketidakpuasan kerja. Sehingga dapat
dikatakan bahwa faktor pencipta kepuasan harus ditingkatkan dan faktor
ketidakpuasan harus mendapat perhatian untuk diminimalisir. Berdasarkan
pemahaman tersebut, teori 2 Faktor oleh Herzberg secara ringkas dapat
ditunjukkan pada bagan berikut :
Gambar 2.1 Teori
2 Faktor
Sumber :
Hasibuan, 2003
Selanjutnya,
motivasi pada dasarnya merupakan upaya pemuasan kebutuhan dari setiap individu.
Pemuasan kebutuhan tersebut merupakan tujuan dari motif yang menggerakkan
perilaku seseorang. Pada gambar 2.1, motivasi dipandang sebagai satu reaksi
berantai yang dimulai dari adanya kebutuhan yang menimbulkan keinginan untuk
memuaskannya sebagai tujuan, menghasilkan ketegangan psikologis yang
mengarahkan perilaku kepada tujuan (kepuasan).
Gambar 2.1
Rantai Motivasi
Sumber :
Barelson dan Stainer dalam Koonts (2001 ; 115)
Abraham H.
Maslow dengan teori motivasinya tentang kebutuhan mengemukakan ada lima tingkatan
kebutuhan manusia secara berjenjang : 1) phisik : sandang, pangan, dan papan; 2)
rasa aman dan jaminan : tidak ada kekawatiran akan dikeluarkan dari tempat
kerja sewaktu-waktu; 3) kasih sayang dan kebersamaan; 4) penghargaan dan
pengakuan; dan 5) aktualisasi diri. Dari beberapa tingkatan kebutuhan tersebut,
dikatakan bahwa pada umumnya kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya akan
muncul setelah kebutuhan pada tingkatan sebelumnya terpenuhi/ terpuaskan.
David Mc.
Clelland (Wexley, 1991:227-231) dengan Three
N yaitu : 1) needs for achievement
; 2) needs for power ; 3) needs for afiliation. Teori ini
didasarkan bahwa setiap individu manusia butuh berprestasi, kekuasaan dan
afiliasi. Hasil penelitian David Mc. Clelland menunjukkan bahwa kebutuhan
berprestasi merupakan kebutuhan manusia yang nyata, yang dapat dibedakan dengan
yang lain, dan memerlukan motivasi yang cukup tinggi.
Hersey &
Blanchard (1986, 69-74) kaitannya dengan kerangka motivasi dan tujuan
menjelaskan keterkaitan teori Maslow dengan Herzberg. Maslow mengidentifikasi
kebutuhan atau motif yang ada pada seseorang dalam melakukan kegiatan,
sedangkan Herzberg menitikberatkan pada kepuasan kegiatan (prestasi) yang akan
memotivasi seseorang dalam melakukan kegiatannya. Kebutuhan penghargaan,
pengakuan, aktualisasi diri pada hirarki Maslow merupakan faktor motivator dari
Herzberg, sedangkan kebutuhan fisiologi, rasa aman dan jaminan, cinta kasih dan
kerbersamaan, serta sebagian kebutuhan penghargaan dan pengakuan pada hiarki
Maslow, identik dengan faktor hygiene/pemeliharaan dari Herzberg.
Menurut
pandangan Islam, pemberian motivasi kepada individu diperlukan untuk dapat
mewujudkan suatu aktivitas kerja yang baik khususnya dalam upaya perjuangan
Keislaman. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al Anfal ayat 60, sebagai
berikut :
Terjemahan : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa
saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang
dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang
orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.
Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan
cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)”
ARTIKEL TERKAIT:
0 komentar:
Posting Komentar